Pesatnya pertumbuhan band pop di Tanah Air dewasa ini memiliki dampak positif dan negatif.

"Band-band pop dewasa ini tumbuh bak jamur di musim hujan, tetapi ada unsur positif dan negatifnya," kata Donny Suhendra di Jakarta, baru-baru ini.

Saat ini, dalam satu minggu bisa 5-10 band meluncurkan album debut. Di satu sisi, hal ini menunjukkan industri musik rekaman di Tanah Air benar-benar booming. Namun, di sisi lain, banyak pula band kurang bermutu yang ikut bermunculan dan meramaikan dunia musik.

"Saya lihat, ada band yang cuma bisa main tiga jurus (hanya menguasai sedikit sekali dasar-dasar musik-red) sudah rekaman," kata Donny, tanpa menyebut satu pun band yang dimaksudkannya.

Gitaris Krakatau era 1980-an itu mengungkapkan, pada jamannya dulu sulit sekali bagi sebuah band masuk dapur rekaman. "Kita harus menunjukkan kemampuan dulu. Kalau Bu Acin (Musica Studio) geleng-geleng kepala, jangan harap bisa masuk," katanya sambil tersenyum kecil.

Menurut Donny, segi positif saat ini adalah banyaknya media tayang (televisi) dan radio sebagai saluran promosi, dan kemajuan teknologi yang mempermudah band, yang tidak diterima di label besar, membuat album dan meluncurkannya lewat jalur indie (modal sendiri).

Namun, dengan kemudahan itu kualitas musik anak negeri tidak terpacu meningkat atau setidak-tidaknya terjaga. "Ini dampak negatifnya," katanya.

Pesatnya pertumbuhan band pop di Tanah Air juga diungkapkan pengamat musik Bens Leo, yang bahkan berani menyatakan bahwa di Yogyakarta, salah satu pusat band indie selain Bandung, saat ini terdapat tidak kurang dari 1.000 band.

"Jika diakumulasikan dengan band di berbagai kota besar di Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, jumlahnya bisa Anda bayangkan," kata Bens Leo. (*/boo)

0 comments: