Wednesday, April 23, 2008

FSP

FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

Didirikan 26 Juni 1970, memiliki 4 (empat) jurusan yaitu : Musik, Tari, Teater dan Kajian Seni Pertunjukan untuk bidang pengelola seni pertunjukan. Keempat jurusan tersebut merupakan bidang pendidikan seni pertunjukan yang saling terkait serta saling menunjang.

Fakultas Seni Pertunjukan merupakan satu-satunya pendidikan tinggi yang terpadu dengan bidang kesenian lainnya yaitu Fakultas Seni Rupa (FSR) dan Fakultas Film dan Televisi (FFTV). Potensi pendidikan kesenian di Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) telah memberi peran penting terhadap perkembangan dan kebutuhan seni pertunjukan.

Pembentukan profesionalitas dan pengembangan wawasan, keilmuan, kreativitas serta produktivitas telah melahirkan lulusan-lulusan terbaiknya sebagai pelaku, pengkaji, peneliti, pencipta, dan pengelola seni pertunjukan yang terkemuka di Indonesia.

PROGRAM STUDI SENI TEATER – D3

Mempelajari pengetahuan seni peran dan ketrampilan praktika dasar-dasar acting. Tujuan pendidikan : mampu menampilkan karya teater sebagai suatu seni pertunjukan yang berkualitas. Materi pendidikan mencakup : pengetahuan dasar teater, teori-teori seni peran, latihan dengan pendekatan Stanislavsky, pengetahuan tentang tata teknik pentas, tata lampu, tata busana dan tata rias. Lapangan pekerjaan : bekerja professional sebagai pemain pada sebuah production house, broadcast, dan grup-grup teater atau penata artistiK, penata rias, penata busana pada suatu produksi seni pertunjukan (teater, sinetron dan film) atau secara mandiri dalam dunia seni pertunjukan.

PROGRAM STUDI SENI TEATER – S1

Memahami pengetahuan dan teori-teori seni peran secara lebih mendalam. Tujuan pendidikan : mampu menganalisa dan mengembangkan kegiatan teater secara kreatif dengan wawasan seni yang luas. Materi pendidikan mencakup : pendalaman dan pemahaman materi dan teori-teori teater serta metodologi penelitian. Lapangan pekerjaan : bekerja professional sebagai pemain, kritikus, sutradara, peneliti, penulis naskah pentas panggung atau scenario pada produksi seni pertunjukan (teater, sinetron dan film) atau secara mandiri dalam dunia seni pertunjukan.

PROGRAM STUDI PENATA TARI – D3

Mempelajari pengetahuan dan ketrampilan praktek dasar-dasar koreografi yang berkaitan dengan penataan tari. Tujuan pendidikan : mampu mengembangkan potensi diri secara professional dalam menyajikan karya tari sebagai seni pertunjukan. Materi pendidikan mencakup : pengetahuan tari, sejarah tari, wawasan koreografi, teknik gerak, gaya tari tradisi, workshop dan studi lapangan dengan bimbingan penata tari terkemuka. Lapangan pekerjaan : bekerja professional sebagai penari, penata tari, pelatih tari, bekerja dalam produksi seni pertunjukan atau secara mandiri dalam dunia seni pertunjukan.

PROGRAM STUDI PENATA TARI – S1

Memahami koreografi dan pengetahuan tentang analisa tari secara lebih mendalam. Tujuan pendidikan : mampu mengembangkan potensi diri secara professional dalam menyajikan karya tari serta memahami proses kreatif dan pendekatan kompositoris yang dapat dipertanggungjawabkan. Materi pendidikan mencakup : pengetahuan wawasan koreografi, teknik gerak, gaya tari tradisi, metode penelitian kesenian, pencatatan, analisa gerak, serta workshop dan studi lapangan yang dibimbing oleh piñata tari terkemuka. Lapangan pekerjaan : bekerja professional sebagai penata tari, penari, pelatih tari, kritikus tari, penulis artikel tari, bekerja dalam produksi seni pertunjukan atau secara mandiri dalam dunia seni pertunjukan.

PROGRAM STUDI SENI MUSIK – D3

Mempelajari pengetahuan dan melatih ketrampilan dalam bidang musik dengan kekhususan pada : vocal, instrument dan komposisi. Tujuan pendidikan : mampu mengembangkan potensi diri secara professional dalam menyajikan karya musik sebagai karya seni pertunjukan. Materi pendidikan mencakup : pengetahuan dan teknik vocal, instrument dan komposisi musik, sejarah musik, teori musik, harmoni, analisa musik, orkestrasi, kontrapung dan pengetahuan yang relevan dengan ilmu musik. Lapangan pekerjaan : bekerja professional sebagai praktisi musik.

PROGRAM STUDI SENI MUSIK – S1

Memahami pengetahuan dasar dalam bidang seni musik dan latar belakang teoritis baik vocal, instrument maupun komposisinya secara lebih mendalam. Tujuan pendidikan : mampu menciptakan konsep-konsep kreatif musical yang dipertunjukan ke dalam bentuk pementasan resital. Materi pendidikan mencakup : teori dan metodologi dalam bidang musik yaitu bidang teknik vocal, instrumental dan komposisi musik, sejarah musik, orkestrasi, kontrapung dan pengetahuan yang relevan dengan ilmu musik. Lapangan pekerjaan : bekerja professional sebagai pemusik, peneliti, penulis atau praktisi musik.

PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI TARI – S1

Mempelajari hubungan antara tari dan kebudayaan dalam rangka menghasilkan Sarjana Antropologi Tari yang yang mampu meneliti, menganalisa, menulis dan merekam gejala tari secara mendalam dan menyeluruh. Materi pendidikan mencakup : dasar-dasar pengetahuan tari, antropologi, sejarah kebudayaan, pelajaran teknik dasar tari dengan beberapa gaya tari tradisi, pengetahuan dasar koreografi, dan metodologi penelitian agar dapat menyajikan tulisan sebagai hasil penelitian dengan cara yang sistematik. Lapangan pekerjaan : bekerja sebagai penari professional, sebagai peneliti tari, penulis artikel tentang tari dan kebudayaannya dan sebagai seorang wartawan atau kritikus seni.

Kekhususan PENGELOLAAN SENI PERTUNJUKAN – S1

Memahami pengetahuan manajemen, perencanaan dan pengelolaan berbagai bentuk seni pertunjukan. Tujuan pendidikan : mampu memahami serta mengelola berbagai bentuk seni pertunjukan. Materi pendidikan mencakup : pengetahuan berbagai bentuk seni pertunjukan, manajemen produksi, akuntansi, sosiologi, antropologi dan aspek hukum seta pengetahuan dasar seni musik, tari, teater, dan multi media. Lapangan pekerjaan : bekerja professional di pusat kesenian, event organizer, media elektronik atau production house.

PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI – S1

Memahami gejala musical sebagai produk budaya dalam kehidupan sosial suatu masyarakat. Tujuan pendidikan : mampu meneliti, mengamati, menganalisa, dan merekam gejala musiKal. Materi pendidikan mencakup : pengetahuan dasar dan teori musik, antropologi, sosiologi, sejarah kebudayaan, sejarah perkembangan musik, organologi, metodologi penelitian, pengetahuan teknik dasar musik tradisi. Lapangan pekerjaan : bekerja professional sebagai peneliti, penulis atau pengamat musik.

Untuk informasi lebih lengkap silakan menghubungi :

Fakultas Seni Pertunjukan - IKJ

Jl. Cikini Raya 73, Jakarta 10330

Telpon : 021-31934102

Fax : 021-3159105

Pada umumnya orang ‘Arab berbakat musik sehingga seni suara telah menjadi suatu keharusan bagi mereka semenjak zamān jāhilliyah. Di Hijāz kita dapati orang menggunakan musik mensural (?????) yang mereka namakan dengan IQA (irama yang berasal dari semacam gendang, berbentuk rithm). Mereka menggunakan berbagai intrusmen (alat musik), antara lain seruling, rebana, gambus, tambur, dan lain-lain.

Setelah bangsa ‘Arab masuk Islam, bakat musiknya berkembang dengan mendapat jiwa dan semangat baru. Pada masa Rasūlullāh, ketika Hijāz menjadi pusat politik, perkembangan musik tidak menjadi berkurang.

Dalam buku-buku Hadīts terdapat nash-nash yang membolehkan seseorang menyanyi, menari, dan memainkan alat-alat musik. Tetapi kebolehan itu disebutkan pada nash-nash tersebut hanya ada pada acara pesta-pesta perkawinan, khitanan, dan ketika menyambut tamu yang baru datang atau memuji-muji orang yang mati syahīd dalam peperangan, atau pula menyambut kedatangan hari raya dan yang sejenisnya.

Dalam tulisan ini kami kutipkan beberapa riwāyat saja, antara lain riwāyat Bukhārī dan Muslim dari ‘Ā’isyah r.a. ia berkata (Lihat SHAHĪH BUKHĀRĪ, Hadīts No. 949, 925. Lihat juga SHAHĪH MUSLIM, Hadīts No. 829 dengan tambahan lafazh:((وَ لَيْسَتَا مُغَنِّيَتَيْنِ"Kedua-duanya (perempuan itu) bukanlah penyannyi"):

"Pada suatu hari Rasūlullāh masuk ke tempatku. Di sampingku ada dua gadis perempuan budak yang sedang mendendangkan nyanyian (tentang hari) Bu‘ats (Bu‘ats adalah nama salah satu benteng untuk Al-AWS yang jaraknya kira-kira dua hari perjalanan dari Madīnah. Di sana pernah terjadi perang dahsyat antara kabilah Aus dan Khazraj tepat 3 tahun sebelum hijrah).(di dalam riwāyat Muslim ditambah dengan menggunakan rebana). (Kulihat) Rasūlullāh s.a.w. berbaring tetapi dengan memalingkan mukanya. Pada sā‘at itulah Abū Bakar masuk dan ia marah kepada saya. Katanya: "Di tempat Nabi ada seruling setan?" Mendengar seruan itu, Nabi lalu menghadapkan mukanya kepada Abū Bakar seraya bersabda: "Biarkanlah keduanya, hai Abū Bakar!". Tatkala Abū Bakar tidak memperhatikan lagi maka saya suruh kedua budak perempuan itu keluar. Waktu itu adalah hari raya di mana orang-orang Sudan sedang (menari dengan) memainkan alat-alat penangkis dan senjata perangnya (di dalam masjid)....."

Dalam riwāyat lain Imām Bukhārī menambahkan lafazh (Lihat SHAHĪH BUKHĀRĪ, Hadīts No. 509, 511):

(يَا أَبَا بَكْرٍ إِنَّ لِكُلِّ قَوْمٍ عِيْدًا وَ هذَا عِيْدُنَا)

"Wahai Abū Bakar, sesungguhnya tiap bangsa punya hari raya. Sekarang ini adalah hari raya kita (umat Islam)."

Hadīts Imām Ahmad dan Bukhārī dari ‘Ā’isyah r.a. (Lihat SHAHĪH BUKHĀRĪ Hadīts No. 5162, TARTĪB MUSNAD IMĀM AHMAD, Jilid XVI, hlm. 213. Lihat juga: Asy-Syaukānī, NAIL-UL-AUTHĀR Jilid VI, hlm. 187):

(أَنَّهَا زَفَّتِ امْرَأَةً إِلى رَجُلٍ مِنَ الأَنْصَارِ فَقَالَ النَّبِيُّ (ص): يَا عَائِشَةُ مَا كَانَ مَعَكُمْ مِنْ لَهْوٍ فَإِنَّ الأَنْصَارَ يُعْجِبُهُمُ اللَّهْوُ)

"Bahwa dia pernah mengawinkan seorang wanita dengan seorang laki-laki dari kalangan Anshār. Maka Nabi s.a.w. bersabda: "Hai ‘Ā’'isyah, tidak adakah padamu hiburan (nyanyian) karena sesungguhnya orang-orang Anshār senang dengan hiburan (nyanyian)."

Juga ada lafaz Hadīts riwāyat Imām Ahamd berbunyi (Lihat Asy-Syaukānī, ibidem jilid VI, hlm. 187):

(لَوْ بَعَثْتُمْ مَعَهَا مَنْ يُغَنِّيْهِمْ وَ يَقُوْلُ: أَتَيْنَاكُمْ فَحَيُّوْنَا نُحَيِّيْكُمْ فَإِنَّ الأَنْصَارَ قَوْمٌ فِيْهِمْ هَزْلٌ)

"Bagaimana kalau diikuti pengantin itu oleh (oran-orang) wanita untuk bernayanyi sambil berkata dengan senada: "Kami datang kepadamu. Hormatilah kami dan kami pun menghormati kamu. Sebab kaum Anshār senang menyanyikan (lagu) tentang wanita."

‘Abd-ul-Hayy Al-Kaththānī (Lihat ‘Abd-ul-Hayy Al-Kaththāīi, AT-TARĀTIB-UL-IDĀRIYYAH, Jilid II, hlm. 121-126). mencatat nama-nama penyanyi wanita di masa Rasūlullāh. Mereka ini suka menyanyi di ruang tertutup (rumah) kalangan wanita saja pada pesta perkawinan dan sebagainya. Di antaranya bernama Hammah (Lihat juga Ibnu Al-Asqalany, AN-NISĀ’, AL-'ASHĀBAH FĪ TAMYĪZ ASH-SHAHĀBAH, Jilid IV, hlm. 274 dan 275) dan Arnab (Lihat Ibnu Hajar Al-Asqalany, ibidem, hlm. 226).

Kaum lelaki masa Rasulullah dan sesudahnya suka memanggil penyanyi budak (jawārī) ke rumah mereka jika ada pesta pernikahan. Buktinya Amir bin Sa‘ad (seorang dari Tābi‘īn) pernah meriwayatkan tentang apa yang terjadi dalam suatu pesta pernikahan. Ia berkata (Lihat SUNAN AN-NASĀ’I, Jilid VI, hlm. 135):

(دَخَلْتُ عَلى قُرَظَةَ بْنِ كَعْبٍ وَ أَبِيْ مَسْعُوْدٍ الأَنْصَارِيِّ فِيْ عُرْسٍ وَ إِذَا جَوَارِيْ يُغَنِّيْنَ فَقُلْتُ: أَنْتُمَا صَاحِبَا رَسُوْلِ اللهِ (ص) وَ مِنْ أَهْلِ بَدْرٍ يُفْعَلُ هذَا عِنْدَكُمْ فَقَالَ: اِجْلِسْ إِنْ شِئْتَ فَاسْمَعْ مَعَنَا وَ إِنْ شِئْتَ اذْهَبْ قَدْ رُخِّصَ لَنَا فِي اللَّهْوِ عِنْدَ الْعُرْسِ)

"Saya masuk ke rumah Qurazhah bin Ka‘ab dan Abū Mas‘ūd Al-Anshārī. Ketika itu sedang berlangsung pesta perkawinan. Tiba-tiba beberapa perempuan budak (jawārī) mulai menyanyi-nyanyi. Maka saya bertanya: :Kalian berdua adalah sahabat Rasūlullāh s.a.w. dan pejuang di perang Badar. Kenapa hal yang begini kalian lakukan pula? Quraizhah menjawāb: "Duduklah, kalau engkau mau. Mari kita dengar bersama. Kalau tidak, silakan pergi. Sesungguhnya telah diperbolehkan bagi kita untuk mengadakan hiburan (nyanyian) apabila ada pesta perkawinan." (H.R. An-Nasai, lihat Bab Hiburan dan Nyanyian Pada Pesta Pernikahan).

Imām An-Nasā’i meriwayatkan dalam bāb Mengumumkan Pernikahan Dengan Suara (Nyanyian) dan Rebana yang diriwayatkannya dari M. bin Hathib bahwa Nabi s.a.w. bersabda (Lihat SUNAN AN-NASĀ’I, Jilid VI, hlm. 127):

(فَصْلُ مَا بَيْنَ الْحَلاَلِ وَ الْحَرَامِ: الدُّفُّ وَ الصَّوْتُ فِي النِّكَاحِ)

"Tanda pemisah (pembeda) antara yang halāl dengan yang harām (dalam suatu pernikahan) adalah (mengumumkanmua dengan) memainkan rebana dan menyanyi."

1. KEHIDUPAN MASYARAKAT ISLAM PADA MASA RASŪLULLĀH S.A.W.

Walaupun demikian perlu juga diperhatikan, kehidupan masyarakat Islam di masa Rasūlullāh s.a.w. ditandai oleh dua karakteristik, yaitu (1). sederhana; (2). banyak berbuat untuk jihād fī sabīlillāh.

Membela Islam dan meluaskannya menghendaki seluruh pemikiran dan usaha sehingga tidak ada sisa waktu lagi untuk bersenang-senang menciptakan bentuk-bentuk keindahan (seni musik, lagu) apalagi menikmatinya. Orang-orang Islam dengan lagu dan musik. Ini membuktikan bahwa masyarakat Islam di masa Rasūlullāh bukan tanah yang subur untuk kesenian. Tetapi ketika wilayah Islam meluas, kaum Muslimīn berbaur dengan berbagai bangsa yang masing-masing mempunyai kebudayaan dan kesenian sehingga terbukalah mata mereka kepada kesenian suara baru dengan mengambil musik-musik Persia dan Romawi.

2. PENGARANG TEORI MUSIK DARI KALANGAN KAUM MUSLIMĪN.

Pada waktu itu muncullah seorang ahli musik bernama Ibnu Misjah (wafat tahun 705 M.). Setelah itu kaum Muslimin banyak yang mempelajari buku-buku musik yang diterjemahkan dari bahasa Yunani dan Hindia. Mereka mengarang kitab-kitab musik baru dengan mengadakan penambahan, penyempurnaan, dan pembaharuan, baik dari segi alat-alat instrumen maupun dengan sistem dan teknisnya.Di antara pengarang teori musik Islam yang terkenal ialah:

1. Yunus bin Sulaimān Al-Khatīb (wafat tahun 785 M.). Beliau adalah pengarang musik pertama dalam Islam. Kitāb-kitāb karangannya dalam musik sangat bernilai tinggi sehingga penggarang-penggarang teori musik Eropa banyak yang merujuk ke ahli musik ini.

2. Khalīl bin Ahmad (wafat tahun 791 M.). Beliau telah mengarang buku teori musik mengenai not dan irama.

3. Ishāk bin Ibrāhīm Al-Mausully (wafat tahun 850 M.) telah berhasil memperbaiki musik ‘Arab jāhilliyah dengan sistem baru. Buku musiknya yang terkenal adalah KITĀB-UL-ALHAN WAL-ANGHĀM (Buku Not dan Irama). Beliau sangat terkenal dalam musik sehingga mendapat julukan IMĀM-UL-MUGHANNIYĪN (Raja Penyanyi).

3. PENDIDIKAN MUSIK DI NEGERI-NEGERI ISLAM.

Selain dari penyusunan kitāb musik yang dicurahkan pada akhir masa Daulah Umayyah. Pada masa itu para khalīfah dan para pejabat lainnya memberikan perhatian yang sangat besar dalam pengembangan pendidikan musik. (Lihat Prof. A.Hasmy, Sejarah kebudayaan Islam, hlm. 320-321).

Banyak sekolah musik didirikan oleh negara Islam di berbagai kota dan daerah, baik sekolah tingkat menengah maupun sekolah tingkat tinggi. Sekolah musik yang paling sempurna dan teratur adalah yang didirikan oleh Sa‘id ‘Abd-ul-Mu’mīn (wafat tahun 1294 M.).

Salah satu sebab mengapa dalam Daulah ‘Abbāsiyyah didirikan banyak sekolah musik adalah karena keahlian menyanyi dan bermusik menjadi salah satu syarat bagi pelayan (budak), pengasuh, dayang-dayang di istana dan di rumah pejabat negara atau pun di rumah para hartawan untuk mendapatkan pekerjaan. Karena itu telah menjadi suatu keharusan bagi para pemuda dan pemudi untuk mempelajari musik. (Lihat Prof. A. Hasjmy , ibidem, hlm. 322).

Di antara pelayan (jawārī) atau biduan dan biduanita yang menjadi penyannyi di istana negara tercatat nama-namanya sebagai berikut (Lihat Prof. A. Hasjmy, ibidem, hlm. 324-326):

Yang menjadi biduan antara lain:

1. Ma‘bad.

2. Al-Kharīd.

3. Dua bersaudara Hakam dan ‘Umar Al-Wady.

4. Fulaih bin Abī ‘Aurā,

5. Siyāth.

6. Nasyīth.

7. Ibrāhīm al-Mausully dan puteranya Ishāk al-Mausully.

Adapun biduanitanya anatara lain:

1. Neam (biduanita istana Khalīfah Makmun).

2. Bazel dan Zat-ul-Khal (biduanita istana di masa Khalīfah Hārūn Ar-Rasyīd).

3. Basbas (biduanita istana di masa Khalīfah Al-Mahdi).

4. Habhabah (biduanita kesenangan Khalīfah Yazīd I), dan

5. Sallamah (biduanita istana Khlīfah Yazīd II).

Suka Hardjana

Salah satu persoalan utama negara-negara Dunia Ketiga dalam membebaskan diri dari keterbelakangan adalah hal kesadaran mencipta. Produk-produk kemajuan zaman dalam peradaban modern sebagian besarnya adalah hasil rekayasa kecerdasan mencipta. Aplikasi produk peradaban modern yang dioperasikan di negara-negara Dunia Ketiga tak jarang justru meninggalkan berbagai persoalan, karena kurangnya pemahaman mendasar atas latar belakang, alasan dan dalam konteks apa produk peradaban modern itu diciptakan.

Terbukanya gerbang perdaban modern yang menyeruakkan kebudayaan industri pada abad ke-17 bukanlah semata-mata bagian dari tujuan kemakmuran (affluence), tetapi pada awalnya adalah upaya untuk menemukan jawaban efisien dalam mengatasi berbagai pergulatan tantangan hidup. Penemuan-penemuan bentuk awal teknologi permesinan produksi, transportasi, pengobatan, komunikasi  kemudian penemuan teknologi pelistrikan  adalah contohnya. Penemuan-penemuan materi yang memiliki kemampuan daya ubah ruang dan waktu itu terus berkembang tanpa jeda hingga hari ini.

Kurang tau juga, kenapa belakangan jarang posting. Selain fokus pada sentuhan akhir skripsi (ya Allah, berilah saya keajaiban, di suatu pagi yang indah saya terbangun mendapati skripsi saya sudah dijilid rapi dan ditandatangani dosen penguji ^^), kegiatan lain saya adalah mendengarkan mp3 yang bisa membuat saya jatuh hati (cirinya adalah play mode: repeat one di mp3 player hihi..). Yah, memang harus menggunakan mp3 player. Kalau tidak begitu, tetangga sebelah kamar (mungkin juga tetangga kos sebelah) bisa berdarah-darah telinganya karena bosan mendengarkan mp3 yang sama dari pagi saya bangun hingga malam saya tidur lagi.

Nah, sekarang lagi kecanduan si FunTwo dengan Canon Rock-nya. Waktu mendengar pertama kali, langsung jatuh hati *bola mata berganti bentuk hati*. Kabarnya video FunTwo inilah yang paling banyak dikunjungi di YouTube. Silakan download sendiri ^^

Memang unik banget videonya. FunTwo memegang gitar elektriknya duduk di pinggiran kasur, kepalanya nunduk dan memakai topi (jadi wajah dan ekspresinya tak terlihat), padahal dia sedang memainkan Canon versi nge-rock habis pokoknya. Yang ada dibenak saya ketika melihat fenomena aneh itu hanya satu: gemeees!!. Bagaimana bisa dia memainkan gitar yang ngerock banget tanpa ekspresi yang seimbang???!. Saya saja sebagai pendengar sudah jingkrak-jingkrak dari pertama dia memetik gitarnya (mungkin saya yang hiperaktif hehe..). Berasa ingin masuk monitor dan getok kepalanya dia..!

Jari-jari FunTwo yang menari dan bergerak lincah di sepanjang senar gitarnya memberikan inspirasi buat saya. Saya juga ingin seperti itu!!. Akhirnya saya membuat beberapa tahap rencana.

1. Harus punya uang untuk beli gitar elektrik.
Progres: sudah mengumpulkan uang koin 500 an. Setelah dihitung berjumlah 18ribu rupiah.
Rencana berikutnya: terus mengumpulkan uang sampai saya berubah pikiran dari ingin gitar menjadi ingin surabi.. (dan sepertinya hanya butuh beberapa menit saja).

2. Belajar memainkan gitar.
Progres: dulu sudah pernah. Bertahan 1 minggu dan jari tangan melepuh.
Rencana berikutnya: tidak ada. Membaca not saja sudah pusing, kok mau macem-macem..

Sebenarnya saya trauma dengan pelajaran formal yang ada hubungannya dengan musik. Karena waktu SMP saya pernah dipermalukan oleh guru seni musik saya di depan teman sekelas. Si bapak guru mem-privati saya sepanjang jam pelajaran hari itu, karena menurutnya suara saya yang merusak keindahan paduan suara di kelas. Iya, saya sadar betul suara saya jelek. Tapi apa perlu memaksakan murid yang tidak berbakat sama sekali dalam musik untuk bisa menyanyi dengan benar?? Ditambah lagi si bapak membunyikan pianikanya di sebelah telinga saya, beliau marah-marah karena saya tetap tidak bisa menyesuaikan nada dan pada saat itu teman-teman menertawakan saya *menangis mengingat masa lalu*. Dan jika mengingat hal ini, saya selalu ingin menangis. Namun, toh dengan tidak bisa menyanyi saya tetap jadi penguasa juara kelas selama SMP, bisa mencicipi menjadi juara kelas di SMU dan bisa kuliah..

3. Merencanakan nama ngetop seperti artis-artis. Mmm, saya memilih FunThree saja. Kebetulan nama saya safitri, anak ketiga (mengandung unsur angka 3 *maksa*), dan ngefans dengan FunTwo.
Progres: mencari di internet, apakah FunThree sudah ada yang menggunakan atau belum.
Rencana berikutnya: kalau jadi, ya nanti bikin bubur merah dan putih sebagai tradisi ganti nama.

Dari ketiga langkah di atas, sepertinya yang realistis hanyalah langkah ke 3. Dan untuk itu akhirnya saya memutuskan memainkan berbagai alat musik melalui komputer tercinta.
Progres: VOS sudah terinstal. Keyboard dalam kondisi bagus, bisa ditekan semua. Otak masih waras, bisa main VOS dan berimajinasi sedang konser di Balai Sarbini (berimajinasi ditimpukin penonton memakai sandal).
Rencana selanjutnya: besok menyalakan pc dan main VOS dengan nick name FunThree..

Demikian reportase dari Safitri yang sudah mengantuk. Jadi wajar saja postingannya tidak jelas sama sekali. Yang tidak wajar adalah mengapa Anda sempat-sempatnya membaca postingan ini?? Kan sudah saya bilang postingannya tidak jelas. Ckckck..

Nb: buat gitaris band-band Indonesia, “Janganlah bertingkah di atas panggung sebelum Anda melihat dan (akhirnya dipermalukan) FunTwo’s Canon Rock. Ada baiknya Anda meniru FunTwo, yang di mata saya cukup rendah hati”.

Program Studi Seni Musik

Kurikulum

Proses pembukaan Jurusan Musik diawali dengan gagasan Prof. Dr. Amudi Pasaribu dan Dr. A. lewis yang pada tahun 1986 adalah rektor dan penasehat rektor UHN. Dasar pemikiran awal merupakan pengembangan potensi musikal komunitas yang didasarkan pada pesan-pesan dari leluhur HKBP, seperti yang diuraikan oleh Ds. Palti Sihombing, M.Th ketika mensosialisasikan gagasan tersebut ke gereja-gereja.
Dimulai dengan persiapan teknis dan perancangan kurikulum yang dikerjakan oleh Edward C. Van Ness, MA (Atas bantuand ari Australian Evangelical Society), kemudian Drs. Ben M. Pasaribu, MA. , direkrut sebagai staff akademik tetap yang pertama, turut mempersiapkan pembukaan jurusan musik, yang pada masa awal diusulkan dibawah Fakultas Musik, kemudian menjadi Fakultas Kesenian dan setelah pengembangan diubah menjadi Fakultas Bahasa dan Seni.
Dalam perencanaan kurikulum ditekankan pendekatan dengan konsep World Music yang disesuaikan dari pola yang dikembangkan di berbagai universitas dunia, diantaranya di Wesleyan University USA san University of melbourne, Australia. Dari observasi yang dilakukan pada masyarakat, disusunlah empat minat dalam cakupan program studi musik, yaitu :

  1. Kesenimanan
  2. Mahasiswa mampu mengembangkan teknik keterampilan bermain musik dan bernyanyi.
  3. Musikologi dan Sejarah
  4. Mahasiswa mampu mengembangkan proses pengkajian seni dan menulis kritik musik.
  5. Teori dan Komposisi
  6. Mahasiswa mampu mengembangkan kreativitas dan gaya cipta sebagai komponis dan ahli aransemen.
  7. Musik Gerejani
  8. Mampu mengembangkan iringan musik kebaktian di Gereja.
Visi : Menjadikan program studi ini mampu bersaing secara regional yang berlandaskan kasih.
Misi : Meningkatkan pelayanan dalam proses pembelajaran, kualitas musikal sumber daya manusia yang memilih ilmu musik sebagai pegangan profesionalnya, menjalin kerjasama institusional dalam berbagai peluang dan memberi kontribusi yang terbaik pada masyarakat, sehingga memberi manfaat secara komunitas dan dalam dunia akademik.
Tujuan : Menghasilkan sarjana seni di bidang musik gerejani, yang senantiasa mengikuti trend mutakhir dalam perkembangan dunia musik secara berkelanjutan.

Dosen Pengajar Fakultas Bahasa dan Seni Jurusan Musik
No Nama Lulusan
1 Drs. Ben M. Pasaribu, MMA (Ka.Prodi)
2 Dra. Emmi Simangunsong, MA
3 Junita Batubara, S.Sn, M.Sn
4 Ance Juliet panggabean, S.Sn, M.Sn
5 Drs. Mauley Purba, M.A, PhD
6 Dra. Megawaty, MBA
7 Harry D. Situmeang, S.Sn
8 Hendrik Simanjuntak, S.Sn
9 Roswita Nasution, B.Mus
10 Drs. T.Sihol Nababan, MSi (Program S3)
11 Lien Novelita Siahaan, S.Sn (Program S3)
12 Arifni Netrirosa, S.Sn (Program S2)
13 Drs. Amran Adanan
14 Agustina Samosir, S.Sn
15 Mateus Suarsono, S.Sn
16 Kartini Manalu, S.Sn
17 Pst. R.B. Simamora, OFM.Cap
18 Faber Napitupulu
19 Triwahjuono Harjadi, S.Sn
20 Andi Manurun, S.Sn

SURABAYA - Alunan musik karya Haydn dan Mozart terdengar di Ballroom Hotel Sheraton tadi malam. Denting piano berpadu dengan gesekan biola dan tiupan klarinet terdengar di telinga 1.000 pengunjung yang memadati ruangan.

Sang konduktor, Solomon Tong, tampak serius memimpin orkestra. Sejak berdiri 12 tahun lalu, itu adalah konser ke-55 yang diadakan Surabaya Symphony Orchestra (SSO).

Tak kurang dari 200 orang terlibat dalam konser tersebut. Mulai pemain alat musik hingga paduan suara. Ada empat golongan alat musik yang dimainkan dalam konser itu. “Tiupan kayu, tiupan metal, alat musik tabuh, dan gesek,” jelas Solomon sebelum acara.

Musisi senior bercampur dengan junior untuk konser itu. Ada delapan anak-anak yang terlibat dalam pertunjukan bertema Spring Concert 2008 tersebut. Orkestra pimpinan Solomon itu membawakan 22 lagu. “Semua beraliran klasik,” kata pria kelahiran Xiamen, Tiongkok, 20 Oktober 1939 tersebut.

Karya begawan musik Beethoven menjadi masterpiece dalam konser itu. Sejumlah penyanyi lokal Surabaya, seperti Melissa Setyawan, Yohanna Christine Ongwijaya, dan Dewi Endrawati, ikut menyumbangkan suara. Ada pula permainan biola solo oleh Grace Rozella Soetedja. (dee/ayi)

Jawa Pos, Rabu, 16 Apr 2008,

Oleh : Muhammad Shiddiq Al-Jawi**

1. Pendahuluan

Keprihatinan yang dalam akan kita rasakan, kalau kita melihat ulah generasi muda Islam saat ini yang cenderung liar dalam bermain musik atau bernyanyi. Mungkin mereka berkiblat kepada penyanyi atau kelompok musik terkenal yang umumnya memang bermental bejat dan bobrok serta tidak berpegang dengan nilai-nilai Islam. Atau mungkin juga, mereka cukup sulit atau jarang mendapatkan teladan permainan musik dan nyanyian yang Islami di tengah suasana hedonistik yang mendominasi kehidupan saat ini. Walhasil, generasi muda Islam akhirnya cenderung membebek kepada para pemusik atau penyanyi sekuler yang sering mereka saksikan atau dengar di TV, radio, kaset, VCD, dan berbagai media lainnya.

Tak dapat diingkari, kondisi memprihatinkan tersebut tercipta karena sistem kehidupan kita telah menganut paham sekulerisme yang sangat bertentangan dengan Islam. Muhammad Quthb mengatakan sekulerisme adalah iqamatul hayati ‘ala ghayri asasin minad diin, artinya, mengatur kehidupan dengan tidak berasaskan agama (Islam). Atau dalam bahasa yang lebih tajam, sekulerisme menurut Taqiyuddin An-Nabhani adalah memisahkan agama dari segala urusan kehidupan (fashl ad-din ‘an al-hayah) (An-Nabhani, 2001:25). Dengan demikian, sekulerisme sebenarnya tidak sekedar terwujud dalam pemisahan agama dari dunia politik, tetapi juga nampak dalam pemisahan agama dari urusan seni budaya, termasuk seni musik dan seni vokal (nyanyian).

Kondisi ini harus segera diakhiri dengan jalan mendobrak dan merobohkan sistem kehidupan sekuler yang ada, lalu di atas reruntuhannya kita bangun sistem kehidupan Islam, yaitu sebuah sistem kehidupan yang berasaskan semata pada Aqidah Islamiyah sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW dan para shahabatnya. Inilah solusi fundamental dan radikal terhadap kondisi kehidupan yang sangat rusak dan buruk sekarang ini, sebagai akibat penerapan paham sekulerisme yang kufur. Namun demikian, di tengah perjuangan kita mewujudkan kembali masyarakat Islami tersebut, bukan berarti kita saat ini tidak berbuat apa-apa dan hanya berpangku tangan menunggu perubahan. Tidak demikian. Kita tetap wajib melakukan Islamisasi pada hal-hal yang dapat kita jangkau dan dapat kita lakukan, seperti halnya bermain musik dan bernyanyi sesuai ketentuan Islam dalam ruang lingkup kampus kita atau lingkungan kita.

Tulisan ini bertujuan menjelaskan secara ringkas hukum musik dan menyanyi dalam pandangan fiqih Islam. Diharapkan, norma-norma Islami yang disampaikan dalam makalah ini tidak hanya menjadi bahan perdebatan akademis atau menjadi wacana semata, tetapi juga menjadi acuan dasar untuk merumuskan bagaimana bermusik dan bernyanyi dalam perspektif Islam. Selain itu, tentu saja perumusan tersebut diharapkan akan bermuara pada pengamalan konkret di lapangan, berupa perilaku Islami yang nyata dalam aktivitas bermain musik atau melantunkan lagu. Minimal di kampus atau lingkungan kita.

2. Definisi Seni

Karena bernyanyi dan bermain musik adalah bagian dari seni, maka kita akan meninjau lebih dahulu definisi seni, sebagai proses pendahuluan untuk memahami fakta (fahmul waqi’) yang menjadi objek penerapan hukum. Dalam Ensiklopedi Indonesia disebutkan bahwa seni adalah penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia, yang dilahirkan dengan perantaraan alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera pendengar (seni suara), indera pendengar (seni lukis), atau dilahirkan dengan perantaraan gerak (seni tari, drama) (Al-Baghdadi, 1991 : 13).

Adapun seni musik (instrumental art) adalah seni yang berhubungan dengan alat-alat musik dan irama yang keluar dari alat-alat musik tersebut. Seni musik membahas antara lain cara memainkan instrumen musik, cara membuat not, dan studi bermacam-macam aliran musik. Seni musik ini bentuknya dapat berdiri sendiri sebagai seni instrumentalia (tanpa vokal) dan dapat juga disatukan dengan seni vokal. Seni instrumentalia, seperti telah dijelaskan di muka, adalah seni yang diperdengarkan melalui media alat-alat musik. Sedang seni vokal, adalah seni yang diungkapkan dengan cara melagukan syair melalui perantaraan oral (suara saja) tanpa iringan instrumen musik. Seni vokal tersebut dapat digabungkan dengan alat-alat musik tunggal (gitar, biola, piano, dll) atau dengan alat-alat musik majemuk seperti band, orkes simfoni, karawitan, dan sebagainya. (Al-Baghdadi, 1991 : 13-14). Inilah sekilas penjelasan fakta seni musik dan seni vokal yang menjadi topik pembahasan.

3.Tinjauan Fiqih Islam

Dalam pembahasan hukum musik dan menyanyi ini, penulis melakukan pemilahan hukum berdasarkan variasi dan kompleksitas fakta yang ada dalam aktivitas bermusik dan menyanyi. Menurut penulis, terlalu sederhana jika hukumnya hanya digolongkan menjadi dua, yaitu hukum memainkan musik dan hukum menyanyi. Sebab fakta yang ada, lebih beranekaragam dari dua aktivitas tersebut. Maka dari itu, paling tidak, ada 4 (empat) hukum fiqih yang berkaitan dengan aktivitas bermain musik dan menyanyi, yaitu :

Pertama, hukum melantunkan nyanyian (ghina`).

Kedua, hukum mendengarkan nyanyian (sama’ al-ghina`).

Ketiga, hukum memainkan alat musik.

Keempat, hukum mendengarkan musik.

Di samping pembahasan ini, akan disajikan juga tinjauan fiqih Islam berupa kaidah-kaidah atau patokan-patokan umum, agar aktivitas bermain musik dan bernyanyi tidak tercampur dengan kemaksiatan atau keharaman.

Ada baiknya penulis sampaikan, bahwa hukum menyanyi dan bermain musik bukan hukum yang disepakati oleh para fuqaha, melainkan hukum yang termasuk dalam masalah khilafiyah. Jadi para ulama mempunyai pendapat berbeda-beda dalam masalah ini (Al-Jaziri, 1999 : 41-42; Asy-Syuwaiki, t.t. : 96; Al-Baghdadi, 1991 : 21-25; Omar, 1984 : 3). Karena itu, boleh jadi pendirian penulis dalam tulisan ini akan berbeda dengan pendapat sebagian fuqaha atau ulama lainnya. Pendapat-pendapat Islami seputar musik dan menyanyi yang berbeda dengan pendapat penulis, tetap penulis hormati.

Kurang Afdhol Kalau Tak Ada Bengawan Solo

Di tengah ingar bingar berbagai jenis musik tanah air, keroncong nyaris tak bersuara. Hanya segelintir orang yang masih suka dan mau memainkannya. Salah satunya adalah komunitas pecinta seni (Kompeni) Probolinggo.

M. SAID HUDAINI, Probolinggo
—-

Tembang Bengawan Solo mengalun merdu dari seorang perempuan paro baya berwajah indo Belanda. Sejumlah laki-laki gaek tampak serius memainkan alat musik mengiringi lagu keroncong karya Gesang itu sore kemarin.

Sore itu Kompeni sedang dapat job “manggung”. Kelompok keroncong itu sedang tampil live di Radio Bromo FM, radionya Pemkab Probolinggo. Sejumlah lagu mereka bawakan. Tak ketinggalan Bengawan Solo menjadi andalan.

Di kalangan pecinta keroncong, Bengawan Solo adalah lagu kebangsaan. “Belum disebut keroncong kalau tidak ada lagu itu. Kurang afdhol,” ujar Gatot Gayeng penggagas Kompeni Probolinggo.

Laiknya lagu kebangsaan, seluruh warga Kompeni yang mengaku cinta keroncong harus hafal. Tak cukup hanya hafal, mereka juga harus bisa menyanyikannya. Minimal ikut komat-kamit ketika lagu itu sedang dibawakan.

Selain lagu tentang bengawan yang kini sering menimbulkan banjir itu, masih ada judul lagu keroncong lain yang tak boleh dientengkan. Yakni Bunga Anggrek dan Langit Mendung Kutho Ngawi. Ketiga lagu itu hampir tak pernah luput dinyanyikan saat Kompeni tampil.

Kemasyhuran ketiga lagu itu sudah bukan cerita baru bagi kalangan penggemar keroncong di Indonesia. Semua sudah mafhum. Bahkan, bukan hanya orang Indonesia yang tahu dan menyukai lagu itu. “Bengawan Solo sudah dinyanyikan dalam versi bahasa Jepang, Belanda dan Indonesia. Bunga Anggrek sudah dinyanyikan dalam Indonesia dan bahasa Inggris. Ini pertanda bahwa lagu-lagu itu dikenal sampai ke luar negeri,” jelas Gatot.

Sayang, musik keroncong yang khas Indonesia lebih dihargai di negeri lain ketimbang di negerinya sendiri. Sejak mendirikan Keroncong Gayeng 1998 lalu (sebelum Kompeni lahir, Red) Gatot mengaku lebih sering diundang orang asing. “Sepertinya orang Indonesia malu mengundang dan mendengarkan musiknya sendiri,” kata Gatot.

Berakar dari keprihatinan itu lahirlah Kompeni Probolinggo. Berawal dari ajang kumpul-kumpul dalam acara 2 Jam Bersenandung di Bromo FM, Gatot bertemu banyak teman. “Ternyata banyak di antara kami yang diam-diam menyukai lagu keroncong,” ujarnya.

Sama-sama menyukai kereoncong adalah alasan pertama Gatot dan kawan-kawannya melahirkan Kompeni. Bertempat di rumah Gatot di Jl Thamrin 6, sebulan lalu Kompeni resmi didirikan. Anggotanya boleh siapa saja. Baik bisa maupun tak bisa bermain musik tidak dilarang bergabung menjadi anggota Kompeni.

Sebab itu, jumlah anggota Kompeni tak cukup dihitung hanya dengan jari tangan dan kaki. “Jumlahnya anggotanya sekarang kurang lebih 82 orang. Sebagian bisa bermain musik atau menyanyi. Sebagain lagi bergabung hanya karena suka keroncong,” kata Gatot.

Juwito, pemain ukulele Kompeni menyatakan sudah menyukai keroncong sejak tahun 60-an. Laki-laki 68 tahun itu mengaku mengawali karirnya sebagai anak band, bukan anak keroncong. “Dulu saya saya memainkan saxophone. Tapi sekarang sudah tua. Sudah ndak kuat,” ujar kakek yang hobi nonton acara keroncong TVRI itu.

Sebagian besar anggota Kompeni saat ini sudah berumur di atas 50 tahun. Tak jarang kakek-kakek dan nenek-nenek ikut bernostalgia menikmati musik yang konon ada sejak zaman penjajahan Portugis itu.

Meski sudah tak terlalu populer, musik keroncong berhasil melewati banyak zaman. Bahkan melampaui beragam perbedaan golongan di Indonesia. Gambarann kecilnya ada di Kompeni Probolinggo. Selain diikuti oleh sekumpulan tiyang sepuh, Kompeni diikuti oleh anggota dari berbagai etnis.

Cotohnya saja Mia, perempuan yang aktif menyanyi di Kompeni itu, adalah keturunan Belanda. “Mungkin darah nenek moyangnya yang dulu menyukai musik keroncong diwariskan padanya,” ujar Gatot.

Kalau Mia keturunan Eropa, ada Gaeti anggota Kompeni yang keturunan Tionghoa. “Kita ini lengkap. Ini musik Indonesia,” kata Gatot. Meski berasal dari banyak warna hanya ada satu harmonisasi suara.

Secara musikalitas keroncong berbeda dengan musik yang lain. Dalam bermain, tak ada instrumen yang lebih menonjol dibanding yang lain. Gitar, cello, ukulele (cuk dan cak), melodi, biola semua bermain dalam porsi yang seharga. “Kalau diibaratkan organisasi, tak ada satu yang lebih hebat dibanding yang lain. Kurang satu instrumen saja, kurang hidup,” kata Gatot.

Cara memainkan musik keroncong sebenarnya tidak mudah. “Sebenarnya lebih sulit. Tidak sesederhana seperti yang dibayangkan. Musik ini sebenarnya lebih variatif,” katanya.

Keinginan Kompeni untuk melestarikan musik Indonesia layaknya mendapat dukungan semua pihak. “Alhamdulillah, kita akan mendapat bantuan bass besar dari wali kota,” kata Gatot.

Jika musik adalah bagian dari cara manusia berbudaya, tentu tak ada satupun yang boleh hilang dari catatan sejarah. (*)
Radar Bromo, Kamis, 10 Apr 2008

Masyarakat kaum Muslimīn dewasa ini umumnya menghadapi kesenian sebagai suatu masalah hingga timbul berbagai pertanyaan, bagaimana hukum tentang bidang yang satu ini, boleh, makrūh atau harām? Di samping itu dalam praktek kehidupan sehari-hari, sadar atau tidak, mereka juga telah terlibat dengan masalah seni. Bahkan sekarang ini bidang tersebut telah menjadi bagian dari gaya hidup mereka dan bukan hanya bagi yang berdomisilli (bertempat kediaman tetap; bertempat kediaman resmi) di kota. Umat kita yang berada di desa dan di kampung pun telah terasuki.(penetrate, possess).

Media elektronika seperti radio, radiokaset, televisi, dan video telah menyerbu pedesaan. Media ini telah lama mempengaruhi kehidupan anak-anak mudanya. Kehidupan di kota bahkan lebih buruk lagi. Tempat-tempat hiburan (ma‘shiat) seperti "night club", bioskop dan panggung pertunjukkan jumlahnya sangat banyak dan telah mewarnai kehidupan pemuda-pemudanya.

Sering kita melihat anak-anak muda berkumpul di rumah teman-temannya. Mereka mencari kesenangan dengan bernyanyi, menari bersama sambil berjoget tanpa mempedulikan lagi hukum halāl-harām. Banyak di antara mereka yang berpikir bahwa hidup itu hanya untuk bersenang-senang, jatuh cinta, pacaran, dan lain-lain.

Semua keadaan yang kami tuturkan di atas terjadi dan berawal dari kejatuhan seni budaya dan peradaban Islam. Kita dapat menyaksikan sendiri, seni dan budaya kita telah digantikan dan tergeser (shifted, moved, removed) oleh seni budaya dan peradaban produk Barat yang nota-benenya (perhatiannya) menekankan kehidupan yang bebas tanpa ikatan agama apapun.

Cabang seni yang paling dipermasalahkan adalah nyanyian, musik dan tarian. Ketiga bidang itu telah menjadi bagian yang penting dalam kehidupan modern sekarang ini karena semua cabang seni ini dirasakan langsung telah merusak akhlaq dan nilai-nilai keislāman.

Adanya dampak negatif dari bidang kesenian menyebabkan banyak orang bertanya-tanya, khususnya dari kalangan pemuda yang masih memiliki ghirah (cemburu terhadap musuh agama) Islam. Mereka bertanya: bagaimana pandangan Islam terhadap seni budaya? Bolehkah kita bermain gitar, piano, organ, drum band, seruling, bermain musik blues, klasik, keroncong (popular Indineisan music originating from Portuguese songs), musik lembut, musik rock, dan lain-lain? Bagaimana pula dengan lirik lagu bernada asmara, porno, perjuangan, qashīdah, kritik sosial, dan sejenisnya? Di samping itu, bagaimana pandangan hukum Islam dalam seni tari. Apakah tarian Barat seperti Twist, Togo, Soul, Disko dan sebagainya? Kalau tidak boleh dengan tarian Barat, bagaimana dengan tari tradisional? Juga, bolehkan wanita atau lelaki menari di kalangan mereka masing-masing?

Dalam buku ini akan dipaparkan pembahasan semua permasalahan para fuqahā’, khususnya dari kalangan empat madzhab. Harapan penulis semoga karya ini dapat menutupi kekurangan buku-buku bacaan tentang hukum di bidang seni. Dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa menghargai setiap kritik dan saran dari semua pihak demi menyempurnakan risālah kecil ini.

Seni musik atau seni bunyi yaitu yang dihasilkan oleh suara manusia / seni suara dan suara alat-alat instrumen. Seni suara/vokal, mengungkapkan rasa lewat suara manusia dalam bentuk kata-kata syair/lagu seperti : Doja, Ndeö-Peö,Sodha-Oro-Bhea-dll.Musik instrumen yaitu membunyikan alat-alat musik sebagai ritme / melodi dengan cara meniup, memukul, memetik, menyentak, dll.

Adapun alat-alat musik instrumen tradisional diantaranya sbb:
a.Musik Tanah : Dengan cara menyentakkan kaki pada tanah sebagai ritme seperti dalam Gawi / Naro atau Todo Pare
b.Musik Batu : Batu Pena Jawa sebagai ritme untuk mengiringi lagu O Lea di saat titi jagung.
c.Nggeri Nggo : Terbuat dari satu ruas bambu betung dan musik ini digunakan saat acara Nainuwa / sunatan.
d.Nggo Dhengi : Disebut juga Nggo Bhonga yaitu terbuat dari potongan kayu Wae atau Denu terdiri dari tujuh potong kayu diikat pada untaian tali. Musik ini dimainkan saat senggang di pondok ladang / kebun dan juga sebagai musik pengiring tarian tradisional.
e.Gaku : Alat musik terbuat dari bambu. Alat musik ini digunakan pada acara Dowe dera dan sebagai alat bunyi pada Ele seda dan juga sebagai alat pengusir hama / burung di sawah / ladang.
f.Sato : Alat musik gesek, terdiri dari buah bila atau batok kelapa, dipasang dengan gagang seperti biola serta dilengkapi dengan satu dawai / senar yang terbuat dari serat daun Lema Mori / lidah buaya hutan dan Nana Koja / getah pohon koja,. Alat geseknya dibuat seperti busur hanya ukurannya kecil dan talinya dibuat seperti dawai / senar.
g.Nggo Lamba / WaniKomposisi musik terdiri dari lamba / wani-nggo-diri.-Lamba / wani : dibuat dari batang kayu nangka / kelapa yang dilubangkan, pada bagian tengah, dasar lubang dipasang dengan bilah bambu dan seekor anak ayam dan ditutup dengan kulit sapi. Adapula lamba / wani terbuat dari kulit manusia seperti di Wologai-Detusoko dengan alat pemukul terbuat dari Elo ki / ilalang. Lamba / wani pada umumnya terdiri dar dua macam yaitu Lamba Ine / Induk dan Lamba Ana /anak. Lamba / Wani Ana ukuran lebih kecil dari Lmba / Wani Ine.-Nggo : alat musik Gong / Nggo terbuat dari logam kuningan-tembaga-besi atau bahan logam lainnya, bentuknya bulat, pada bagian tengah dengan bonggolan.
Nggo terdiri dari tiga jenis yaitu:
1.Nggo Dhengi Dho
2.Nggo Senawa
3.Nggo Bemu / bass
4. Diri : musik pelengkap sebagai ritme pada nggo lamba / wani. Alat ini dibuat dari sepotong
logam atau bambu pecah / Gaku.
h.Feko / Suling : alat musik tiup terbuat dari wulu atau bela, sejenis bambu kecil dan tipis. Feko terdiri dari beberapa jenis yaitu :
1.Feko Nangi : ditiup pada saat tengah malam dengan mengalunkan nada-nada ratap dan cara meniupnya seperti rekorder.
2.Feko Bu : ditiup dengan nada-nada improvisasi solis, diiringi dengan beberapa gendang dan jenis suling ini disebut juga suling para gembala.
3.Feko Redho : jenis suling ini ditiup secara duet atau trio dengan harmonis pada nada-nada lagu, biasa digunakan untuk arak-arakan pengantin atau acara lainnya.
4.Feko Ria : jenis suling ini ditiup secara kelompok dalam paduan nada secara harmonis dalam irama mars atau irama lainnya pada acara pernikahan atau acara resmi lainnya.
5.Feko Pupu : suling ini bentuknya agak unik seperti alat pompa dan cara meniupnya dengan menggeser bambu untuk menghasilkan nada bass..
i.Genda / AlbanaGenda / Albana terbuat dari pangkal batang kelapa atau kayu dan kulit kambing. Bentuknya setengah bulatan seperti periuk / podo pada bagian permukaannya.Dalam komposisinya ada tiga jenis dengan jumlah lima buah Genda / albana yaitu :
1.Genda Redhu, ukuran kecil sebanyak dua buah untuk improvisasi
2.Genda Wasa, ukuran sedang sebanyak dua buah untuk ritme
2.Genda Jedhu, ukuran besar sebanyak satu buah untuk bass Musik Genda /Albana biasanya dipadukan dengan suling / Feko atau lagu-lagu untuk mengiringi tarian terutama tarian Wanda Pau dalam suatu acara pernikahan / sunatan dan acara lainnya.

eni Suara/Musik Kutai banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu dan Islam. Diantaranya adalah:

1. Musik Tingkilan

Pemain musik tingkilan
Para pemain musik tingkilan Kutai
Photo: Agri, 2002

Seni musik khas suku Kutai adalah musik Tingkilan, kesenian ini memiliki kesamaan dengan kesenian rumpun Melayu. Alat musik yang digunakan adalah Gambus (sejenis gitar berdawai 6), ketipung (semacam kendang kecil), kendang (sejenis rebana yang berkulit sebidang dan besar) dan biola.
Musik Tingkilan disertai pula dengan nyanyian yang disebut betingkilan. Betingkilan sendiri berarti bertingkah-tingkahan atau bersahut-sahutan. Dahulu sering dibawakan oleh dua orang penyanyi pria dan wanita sambil bersahut-sahutan dengan isi lagu berupa nasihat-nasihat, percintaan, saling memuji, atau bahkan saling menyindir atau saling mengejek dengan kata-kata yang lucu. Musik Tingkilan ini sering digunakan untuk mengiringi tari pergaulan rakyat Kutai, yakni Tari Jepen.

2. Hadrah
Kesenian ini mempergunakan alat musik terbang atau rebana. Kesenian ini dibawakan sambil menabuh terbang tersebut disertai nyanyian dalam bahasa Arab yang diambil dari kitab Barjanji. Kesenian ini umumnya ditampilkan untuk mengarak pengantin pria menuju ke rumah mempelai wanita, selain itu juga sering ditampilkan pada perayaan hari-hari besar Islam.


Suku Dayak memiliki bermacam-macam alat musik, baik berupa alat musik petik, pukul dan tiup. Dalam kehidupan sehari-hari suku di pedalaman ini, musik juga merupakan sarana yang tidak kalah pentingnya untuk penyampaian maksud-maksud serta puja dan puji kepada yang berkuasa, baik terhadap roh-roh maupun manusia biasa. Selain itu musik alat-alat musik ini digunakan untuk mengiringi bermacam-macam tarian.

Seperti halnya dalam seni tari, pada seni musik pun mereka memiliki beberapa bentuk ritme, serta lagu-lagu tertentu untuk mengiringi suatu tarian dan upacara-upacara tertentu. Masing-masing suku memiliki kekhasannya sendiri-sendiri.


Alat Musik Suku Dayak:

Alat Musik

Keterangan

Gendang
Ada beberapa jenis Gendang yang dikenal oleh suku Dayak Tunjung:
  • Prahi
  • Gimar
  • Tuukng Tuat
  • Pampong
Genikng
Sebuah gong besar yang juga digantungkan pada sebuah standar (tempat gantungan) seperti halnya gong di Jawa.
Gong
Sama seperti gong di Jawa, dengan diameter 50-60 cm
Glunikng
Sejenis alat musik pukul yang bilah-bilahnya terbuat dari kayu ulin. Mirip alat musik saron di Jawa.
Jatung Tutup
Gendang besar dengan ukuran panjang 3 m dan diameter 50 cm
Jatung Utang
Sejenis alat musik pukul dari kayu yang berbentuk gambang. Memiliki 12 kunci, tergantung dari atas sampai bawah dan dimainkan dengan kedua belah tangan.
Kadire
Alat musik tiup yang terbuat dari pelepah batang pisang dan memiliki 5 buah pipa bambu yang dibunyikan dengan mempermainkan udara pada rongga mulut untuk menghasilkan suara dengung.
Klentangan
Alat musik pukul yang terdiri dari enam buah gong kecil tersusun menurut nada-nada tertentu pada sebuah tempat dudukan berbentuk semacam kotak persegi panjang (rancak). Bentuk alat musik ini mirip dengan bonang di Jawa. Gong-gong kecil terbuat dari logam sedangkan tempat dudukannya terbuat dari kayu.
Sampe
Sejenis gitar atau alat musik petik dengan dawai berjumlah 3 atau 4. Biasanya diberi hiasan atau ukiran khas suku Dayak.
Suliikng
Alat musik tiup yang terbuat dari bambu. Ada beberapa jenis suliikng:
  • Bangsi / Serunai
  • Suliikng Dewa
  • Kelaii
  • Tompong
Taraai
Sebuah gong kecil yang digantungkan pada sebuah standar (tempat gantungan). Alat pemukul terbuat dari kayu yang agak lunak.
Uding (Uring)
Sebuah kecapi yang terbuat dari bambu atau batang kelapa. Alat musik ini dikenal juga sebagai Genggong (Bali) atau Karinding (Jawa Barat).


Pesatnya pertumbuhan band pop di Tanah Air dewasa ini memiliki dampak positif dan negatif.

"Band-band pop dewasa ini tumbuh bak jamur di musim hujan, tetapi ada unsur positif dan negatifnya," kata Donny Suhendra di Jakarta, baru-baru ini.

Saat ini, dalam satu minggu bisa 5-10 band meluncurkan album debut. Di satu sisi, hal ini menunjukkan industri musik rekaman di Tanah Air benar-benar booming. Namun, di sisi lain, banyak pula band kurang bermutu yang ikut bermunculan dan meramaikan dunia musik.

"Saya lihat, ada band yang cuma bisa main tiga jurus (hanya menguasai sedikit sekali dasar-dasar musik-red) sudah rekaman," kata Donny, tanpa menyebut satu pun band yang dimaksudkannya.

Gitaris Krakatau era 1980-an itu mengungkapkan, pada jamannya dulu sulit sekali bagi sebuah band masuk dapur rekaman. "Kita harus menunjukkan kemampuan dulu. Kalau Bu Acin (Musica Studio) geleng-geleng kepala, jangan harap bisa masuk," katanya sambil tersenyum kecil.

Menurut Donny, segi positif saat ini adalah banyaknya media tayang (televisi) dan radio sebagai saluran promosi, dan kemajuan teknologi yang mempermudah band, yang tidak diterima di label besar, membuat album dan meluncurkannya lewat jalur indie (modal sendiri).

Namun, dengan kemudahan itu kualitas musik anak negeri tidak terpacu meningkat atau setidak-tidaknya terjaga. "Ini dampak negatifnya," katanya.

Pesatnya pertumbuhan band pop di Tanah Air juga diungkapkan pengamat musik Bens Leo, yang bahkan berani menyatakan bahwa di Yogyakarta, salah satu pusat band indie selain Bandung, saat ini terdapat tidak kurang dari 1.000 band.

"Jika diakumulasikan dengan band di berbagai kota besar di Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, jumlahnya bisa Anda bayangkan," kata Bens Leo. (*/boo)

Musik merupakan salah satu hal yang mempunyai pengaruh pada kehidupan manusia, mulai dari bayi hingga seseorang menjadi dewasa. Hal ini telah diteliti oleh para ilmuwan. Penelitian membuktikan bahwa musik, terutama musik klasik sangat mempengaruhi perkembangan IQ (Intelegent Quotien) dan EQ (Emotional Quotien). Seorang anak yang sejak kecil terbiasa mendengarkan musik akan lebih berkembang kecerdasan emosional dan intelegensinya dibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan musik. Yang dimaksud musik di sini adalah musik yang memiliki irama teratur dan nada-nada yang teratur, bukan nada-nada “miring”. Tingkat kedisiplinan anak yang sering mendengarkan musik juga lebih baik dibanding dengan anak yang jarang mendengarkan musik.

Grace Sudargo, seorang musisi dan pendidik mengatakan, “Dasar-dasar musik klasik secara umum berasal dari ritme denyut nadi manusia sehingga ia berperan besar dalam perkembangan otak, pembentukan jiwa, karakter, bahkan raga manusia”. Penelitian menunjukkan, musik klasik yang mengandung komposisi nada berfluktuasi antara nada tinggi dan nada rendah akan merangsang kuadran C pada otak. Sampai usia 4 tahun, kuadran B dan C pada otak anak-anak akan berkembang hingga 80 % dengan musik.

“Musik sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Musik memiliki 3 bagian penting yaitu beat, ritme, dan harmony”, demikian kata Ev. Andreas Christanday dalam suatu ceramah musik. “Beat mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa, sedangkan harmony mempengaruhi roh”. Contoh paling nyata bahwa beat sangat mempengaruhi tubuh adalah dalam konser musik rock. Bisa dipastikan tidak ada penonton maupun pemain dalam konser musik rock yang tubuhnya tidak bergerak. Semuanya bergoyang dengan dahsyat, bahkan cenderung lepas kontrol. Ada suatu istilah yang disebut “head banger”, yaitu suatu gerakan memutar-mutar kepala mengikuti irama music rock yang kencang. Dan tubuh itu mengikutinya seakan tanpa rasa lelah. Jika hati kita sedang susah, cobalah mendengarkan musik yang indah, yang memiliki irama (ritme) yang teratur. Perasaan kita akan lebih enak dan enteng.

Di luar negeri, sebagian rumah sakit memperdengarkan lagu-lagu indah untuk membantu penyembuhan para pasiennya. Itu suatu bukti, bahwa ritme sangat mempengaruhi jiwa manusia. Sedangkan harmony sangat mempengaruhi roh. Jika kita menonton film horor, selalu terdengar harmony (melodi) yang menyayat hati, yang membuat bulu kuduk kita berdiri. Dalam ritual-ritual keagamaan juga banyak digunakan harmony yang membawa roh manusia masuk ke dalam alam penyembahan. Di dalam meditasi, manusia mendengar harmony dari suara-suara alam disekelilingnya. “Musik yang baik bagi kehidupan manusia adalah musik yang seimbang antara beat, ritme, dan harmony”, ujar Ev. Andreas Christanday.

Seorang ahli biofisika telah melakukan suatu percobaan tentang pengaruh musik bagi kehidupan makhluk hidup. Dua tanaman dari jenis dan umur yang sama diletakkan pada tempat yang berbeda. Yang satu diletakkan dekat dengan pengeras suara (speaker) yang menyajikan lagu-lagu slow rock dan heavy rock, sedangkan tanaman yang lain diletakkan dekat dengan speaker yang memperdengarkan lagu-lagu yang indah dan berirama teratur. Dalam beberapa hari terjadi perbedaan yang sangat mencolok. Tanaman yang berada di dekat speaker lagu-lagu rock menjadi layu dan mati, sedangkan tanaman yang berada di dekat speaker lagu-lagu indah tumbuh segar dan berbunga. Suatu bukti nyata bahwa musik sangat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup.

Alam semesta tercipta dengan musik alam yang sangat indah. Gemuruh ombak di laut, deru angin di gunung, dan rintik hujan merupakan musik alam yang sangat indah. Dan sudah terbukti, bagaimana pengaruh musik alam itu bagi kehidupan manusia. Jikalau kita merasa hari ini begitu berat, coba periksa lagi hidup Anda pada hari ini. Jangan-jangan kita belum mendengarkan musik dan bernyanyi”.